Jumat, Mei 08, 2015

Rm. KENEKS, SJ DAN PENGALAMAN SPIRITUALNYA

            Setelah kita membaca perjalan dari perkembangan umat di Gereja Stasi Ngaliyan, sekarang bagaimana gereja di Ngaliyan itu berdiri ? Siapa yang menerapkan idenya ? Siapa pengurus pertamanya ? Penasaran, kan ? Mari kita lihat sejarahnya.....
A.       Mimpi yang Aneh
Jika kita menyimak perjalanan tumbuhnya umat Katholik di Ngaliyan, ada seorang pastur paroki yang bernama Rm. Keneks, SJ yang sedang berkarya di wilayah Paroki Sukorejo.  Kita cap cuzz aja...
Pada malam hari sebelum Rm. Keneks, SJ tahu tentang Desa Ngaliyan, Rm. Keneks pernah bermimpi demikian. Suatu hari, dia sedang berjalan – jalan keluar paroki untuk melepas beban yang begitu berat. Namun, keanehan terjadi saat itu. Ia melihat salib besar jatuh dari angkasa menimpa tanah lapang yang di sekitarnya terdapat rumah – rumah warga. Akan tetapi rumah warga tersebut tidak terkena dampaknya. Tidak rusak terkena angin sekalipun dari hentakan salib yang jatuh. Walaupun Rm. Keneks merasakan angin yang besar. Ia pun terbangun, fajar sudah terbang tinggi. Dalam hati ia heran dengan mimpi tersebut dan berkata,”Mungkin di tempat tersebut akan terdapat umat Tuhan dan gerejaNya.”
Setelah bertahun – tahun lamanya, mimpi tersebut menjadi nyata. Namun, Rm. Keneks belum memahaminya. Pada suatu ketika, ada dua orang umat Kristus yang meminta orang di wilayahnya untuk di ajarkan agama Katholik. Dua orang tersebut adalah Ruslan Kocoatmojo dan adiknya, Suwarlan yang mengaku kepada Rm. Keneks mereka dari daerah Ngaliyan. Permintaan mereka akhirnya dikabulkan.
Pada hari pertama ia berkunjung ke Ngaliyan, namun belum paham dengan keadaan sekitar. Pada hari – hari selanjutnya, ia mulai paham. Ternyata umat Kristus yang akan tumbuh menurut mimpinya ternyata dari Ngaliyan. Mimpi tersebut semakin nyata ketika ia melihat ada tanah lapang dan disekitarnya terdapat rumah warga, persis apa yang telah ia mimpikan. Akhirnya, Rm. Keneks paham dan mempunyai ide untuk membangun gereja kecil terlebih dahulu di tanah lapang tersebut. Gereja pun berdiri secara sederhana dan mempunyai nama pelindung Hyang Triniji Suci, berarti Tritunggal Maha Kudus.
B.       Kepengurusan Gereja
Sebelum terdapat gereja, terlebih dahulu Rm. Keneks menerapkan idenya untuk membentuk suatu kepengurusan gereja supaya lancarlah pembangunan gereja dan umatnya. Hal itu terjadi sebelum adanya baptisan pertama di Ngaliyan.
Pembuatan kepengurusan gereja telah selesai di buat dan mengambil beberapa keputusan. Keputusan tersebut, diantaranya : membuat dewan stasi yang pertama dengan :
Ketua 1       : (alm) Atmowiyono
Ketua 2       : (alm) Y Dimejo sujak
bendahara   : (alm) Siswo Satipin
sekretaris    : triyoga

Hal itu belum cukup untuk mengembangkan umat Kristus tersebar luas, kemudian  dewan stasi membagi wilayah pewartaan dengan membuat 10 lingkungan pertama.


Demikian, sekilas tentang perkembangan umat Kristus ini. Semoga bermanfaat.

DEPAN GEREJA





PERKEMBANGAN UMAT KATHOLIK STASI NGALIYAN

SEJARAH PERKEMBANGAN UMAT KATHOLIK DI STASI NGALIYAN PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO
KECAMATAN BEJEN, KABUPATEN TEMANGGUNG

            Gereja Ngaliyan adalah gereja yang berdiri dengan lika – liku kehidupan umat Ngaliyan. Kehidupan yang mendukung dalam bertoleransi merupakan unsur penting dalam membangun sebuah kerukunan dan ketentraman dalam masyarakat yang multikultural. Keberagaman yang ada merupakan hal penting untuk disepakati bersama bahwa perbedaan itu seharusnya membuat keakraban diantara umat. Nah, pengantar tersebut sama halnya keberagaman yang ada di umat Ngaliyan.
A.       Berdirinya Umat Katolik Ngaliyan
Pada mulanya, masyarakat  Ngaliyan yang sekarang dimasukkan kedalam Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung ini, adalah masyarakat  yang kesemuanya berkepercayaan Muslim. Namun, sekitar  tahun 1967, ada dua orang tokoh yang bernama (alm)Ruslan Kocoatmojo, dan adiknya, Bapak Suwarlan (dosen UGM), mereka adalah pengajar agama Katolik dan mulai mewartakan agama Katolik setelah memperoleh izin dari Rm. Keneks, SJ.
Sebelum mereka mewartakan agama Katolik, terlebih dahulu mereka mendatangi Pastur Kepala Paroki Sukorejo yaitu Romo Keneks dari Jerman untuk berdiskusi dan meminta supaya umat Ngaliyan diberi pelajaran tentang agama Katolik. Permohonan mereka akhirnya diterima oleh Romo Keneks.

Di lain hari, datanglah Rm. Keneks ke Ngaliyan yang diantar oleh Pak Ruslan. Rm. Keneks lalu diantar kerumah Pak Ruslan yang rumahnya sudah ada calon dari pemegang ajaran Katolik pertama yang berjumlah 15 KK. Setelah beberapa lamanya, Pak Ruslan yang sudah mumpuni dalam pengajaran ajaran Katolik, akhirnya diberi tanggung jawab oleh Rm. Keneks untuk mengajarkan kembali terhadap ilmu yang sudah diserap kepada para calon pemegang agama Katolik. Semakin banyak hari yang dilewati, para calon semakin bertambah banyak yang mengharuskan Rm. Keneks mengundang katekis dari Muntilan yaitu Bernardus Sastro Diharjo untuk berkunjung dan berkeliling untuk  mengajarkan agama Katolik.
Setelah dirasa kemampuan para calon sudah mencukupi, saatnya para calon pemegang ajaran Kristus ini menjadi calon babtis. Pembabtisan diadakan pada tahun 1969, tepatnya pada tanggal 11 September 1969 yang merupakan baptisan pertama bagi umat di gereja Ngaliyan. Pada saat itu, belum ada gereja di Ngaliyan, namun, pembatisan diadakan di rumah Pak Semito Sadiman. Setelah adanya pembatisan tersebut,  banyak umat yang tertarik untuk mengikuti ajaran Kristus ini.

A.       Para Pekerja Tuhan
Tuaian memang banyak, tetapi sedikit pekerjannya.  Hal itu mungkin ada dalam pikiran Rm. Keneks, sehingga sekitar ± 5 tahun kemudian, Rm. Keneks mendatangkan teman – temannya dari negara Jerman, Italia, dan Inggris (sebelum semua gereja di Inggris masuk ke dalam Revolusi Gereja Calvinis) untuk berkarya di Paroki Sukorejo, khususnya di Ngaliyan.
Akhirnya karya Rm. Keneks sudah selesai. Dan ini adalah permulaan dalam membangun umat Katolik di Ngaliyan, dan bukan sebuah tujuan akhir. Ia dipindahtugaskan ke wilayah lain untuk membangun lagi umat Kristus. Selanjutnya, generasi penerusnya untuk melanjutkan karya darinya.
Penerus dari Rm. Keneks adalah :
1.      Rm. Prajasuta, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 5 tahun
2.    Rm. Ismartono, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 5 tahun. Ia adalah pendiri dari sebuah asrama untuk anak tingkat sekolah menengah di Paroki Sukorejo, yang sekarang bernama Asrama Manik Hargo yang berarti mutiara dari gunung
3.      Rm. Soma, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 3 tahun
4.    Rm. Windiatmoko, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 5 tahun. Beliau adalah romo yang peduli dengan lingkungan di Desa Ngaliyan. Ia mengajukan rancangan dan memberi andil dalam membangun  jalan lingkar (aspal), balai desa, dan kantor desa di Desa Ngaliyan. Selain itu, ia juga mendirikan pasturan di gereja Ngaliyan serta susteran di gereja paroki. Membangun saluran air  dari Kali Guci, Dusun Bongkol yang diarahkan ke gereja Ngaliyan. Membangun kapel yang masih sederhana di Lingkungan Gemuh, Pilangsari, Krandegan, dan Ngampel.
5.   dibagian ini tidak diketahui karena karyanya yang singkat dan banyak pastur yang berganti – gantian selama bertahun – tahun
6.    Rm. Roni Nurhayanto, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 5 tahun. Ia mulai membangun dan menata kembali komplek gereja paroki. Bersama Br. Priarso yang tinggal di gereja Ngaliyan, ia mendirikan bangunan bangsal yang disebut Bangsal Sukoreno dan ruang untuk berkumpul.
7.     Rm. Drajat Susilo, SJ yang berkarya di paroki Sukorejo selama 5 tahun. Ia Meneruskan kembali dalam membangun dan menata kembali komplek gereja paroki serta gereja Ngaliyan dan gereja lingkungan lainnya.
8.  Rm. Agung, SJ. Pastur kepala yang berkarya di tahun 2015 ini. Ia juga meneruskan kembali pembangunan sebelumnya. Ia di bantu Rm. Padmo, SJ yang berkarya di Stasi Ngaliyan
Dari para pastur diatas, merupakan para Pastur Kepala Paroki Sukorejo yang disebut dengan Pastur Pembangunan.


Dari cerita sejarah Gereja Katolik Ngaliyan tersebut yang panjang lebar, (pasti bosen mbacanya... hahaha, gk jga tuh jika mau tau sejarahnya), ada lanjutannya lagi tuh.... dengan judul Rm. Keneks, SJ dan Pengalaman Spiritualnya... supaya gak penasaran dibuatnya, silahkan baca di blog selanjutnya....

TABERNAKEL







Selasa, Mei 05, 2015

GEREJA HYANG TRINIJI SUCI NGALIYAN

GEREJA HYANG TRINI SUCI NGALIYAN
DESA NGALIYAN, KECAMATAN BEJEN, KABUPATEN TEMANGGUNG
Gereja yang mengambil nama Geraja Hyang Triniji Suci ini ialah gereja satu – satunya yang berada di Desa Ngaliyan, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung. Mengambil Hyang Triniji Suci, berarti AllahTritunggal Yang Maha Kudus yang menjadi nama dan tempat perlindungan gereja ini.   
“Gereja ini pada sejarah awalnya (akan diulas semua setelah blog ini), ialah gereja yang berdiri karena mimpi dari Romo Keneth yang bermimipi  ada sebidang tanah yang tertimpa salib dari langit dan tergeletak disekitar perumahan warga yang tidak terkena imbas dari salib yang jatuh karena angin.“ Begitu pengakuan dari Mbah Rejo Sampur yang juga akrab dengan Romo Keneth.  Dan sekarang sebidang tanah tersebut menjadi tempat berdirinya gereja yang megah ini. Tempat gereja ini berdiri berada di Dusun Krajan, Desa Ngaliyan.
Gereja yang dulu berdiri  menyerupai sebuah gubug, tahun demi tahun berlalu gereja ini berkembang dan megah seperti sekarang. Sangat elok jika disawang (dilihat) dari dalam ( altar ).

Serta  megah jika dipandang dari depan gereja yang menghadap ke utara tersebut.

Gereja megah yang  sekarang ini berdiri merupakan gereja  stasi yang wilayahnya termasuk dalam Paroki Santo Isidorus Sukorejo, Sukorejo. Gereja ini dijadikan stasi karena jumlah umat yang banyak, yaitu terbanyak kedua setelah gereja paroki Se – paroki Sukorejo. Sedangkan gereja yang lain yang masih termasuk kedalam wilayah Paroki Sukorejo adalah gereja lingkungan ( kapel ) karena jumlah umat yang sedikit dan kebanyakan jarak yang  jauh merupakan faktor penentunya.
 Walaupun umat yang sedikit, namun para pewarta Tuhan yang tak kenal lelah terus menerus bekerja demi menabur kebaikan dan mengabarkan ke  semua bahwa Kerajaan Allah.

Umat Katolik di Desa Ngaliyan termasuk minoritas, karena selain terdapat agama Katolik juga terdapat agama Islam sebagai agama mayoritas di Desa Ngaliyan. Walaupun Islam sebagai mayoritas, akan tetapi semua orang turut saling mendukung dalam berbagai kegiatan keagamaan  dan kegiatan sosial supaya terciptanya iklim yang kondusif.
Maka dari itu, dengan adanya berbagai kegiatan yang ada saling menghargai dan menghormati dapat tercipta sehingga semua orang dapat bersatu padu membangun Desa Ngaliyan yang rukun, damai, dan sejahtera.


SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA !!!